Aku terlentang
Sesukaku dalam pelukan cakrawalamu
Tenda-tenda yang aku singgahi begitu megah nan mempesona
Ia beralaskan tanah yang muliah
Beratapkan langit biru yang menggairahkan jiwa
Aku bejumpa seorang belia
Matanya berkaca-kaca pada genangan air hujan
Dalam sujudku, aku berupaya berkata apa yang terasa taknyata
Aku pun tertawa
Kala syetan mengira dapat mengendarai rembulan
Yang nyatanya tak akan pernah padam
Ia mencoba mengusik khusukku
Apakah engkau tak melihat ratusan hati putih
Menggetarkan bibir mereka pada sang panutan?
Dalam dzikir yang tak akan mereka padamkan
Meski kehidupan menghanyutkan perasaan
Aku kini termenung
Kala aku coba lirikkan mataku pada belia itu
Ia memandangi angkasa
Seakan memikirkan tuhannya yang baginya fana
Aku tertunduk
Aku terlumat
Aku terjaga
Namun hatiku seakan-akan bertanya pada jiwaku
Mencemooh ragaku, mencaci anganku
Aku pun tertatih
Mencoba mengarahkan fikirku
Pada milyaran malaikat yang selalu melekat
Dalam kehidupanku yang rapat
Aku lihat diriku dalam lamunan si belia
Entah apa yang dipikirkannya
Aku terlentang
Diantara jutaan tumpukan dosa
Yang mencoba menindih pedihku
Namun aku yakin dengan sesuatu yang bagi meraka tak pernah nyata,
Aku yakin, gunung-gunung, bebatuan, pepohonan, pasir, air, tanah
Menirukan tasbihku
Menghitung wiridku
Dan si belia pun pergi dengan langkah tertatih
Ia pun menghilang dalam kelemahan jarak pandang yang aku pegang
Jogja, 24 januari 2012
2 komentar:
heuumm
baguss bagusss
kerenn kerenn bgdtt dehh...
ntar ajarin ch eahh....:D
bikin apaan???
apanya tuh yang bagus???
Posting Komentar