ketidak tahuan adalah teman barumu yang terbaik

category

Jumat, 28 Oktober 2011

Makalah "Filsafat Modern"

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012


Oleh: Muhammad Hanafi



A. PENDAHULUAN
Tidak dapat dipungkiri lagi, zaman filsafat modern telah dimulai. Secara historis, zaman modern dimulai sejak adanya krisis zaman pertengahan selama tiga abad (abad ke-14, ke-15 dan ke-18), yang ditandai dengan munculnya gerakan Renaissance dan Afklaerung.
Renaisanne berarti kelahiran kembali, yang mengacu pada gerakan keagamaan dan kemasyarakatan yang bermula di italia (pertengahan abad ke-14-abad ke-15). Tujuan utamanya adalah merealisasikan kesempurnaan pandangan hidup kristiani dengan mengaitkan filsafat yunani dengan ajaran agama kristen. Selain itu juga dimaksudkan untuk mempersatukan kembali gereja yang terpecah-pecah.
Renaissance akan banyak menberikan segala aspek realitas perhatian yang sungguh-sungguh atas segala hal yang konkret dalam lingkup alam semesta, manusia, kehidupan masyarakat, dan sejarah. Pada masa itu pula terdapat upaya manusia untuk memberi tempat kepada aka yang mandiri. Akal diberi kepercayaan yang lebih besar karena adanya suatu keyakinan bahwa akal pasti dapat menerangkan segala macam persoalan yang di perlukan juga pemecahannya.
Asumsi yang digunakan, semakin besar kekuasaan akal akan dapat diharapkan lahir “dunia baru” yang penghuninya dapat merasa puas atas dasar kepemimpinan akal yang sehat.
Munculnya Aufklaerung atau masa perubahan merupakan sebua kritis terhadap pandangan rasionalisme dan empirisme. Sala satunya tokohnya yaitu Khan, Kritisisme Kant dapat dianggap sebagai suatu usaha besar untuk mendamaikan rasionalisme dengan empirisme. Rasionalisme mementingkan unsur apriori dalampengenalan, berarti unsure-uunsur yang terlepas dari segalah pengalaman.Sedangkan Empirisme menekankan unsur-unsur aposteriori, berarti unsur-unsur yang berasal dari pengalaman ( seperti Locke yang menganggap rasio sebagai” Lembaran putih “- as a white paper). Menuru Kant ,baik rasionalisme maupun empirisme kedua-duanya berat sebelah. Ia berusaha menjelaskan bahwa pengalaman manusia merupakan perpadun antara sintesa unsur-unsur apriori dengan unsur-unsur aposteriori.


B. FILSAFAT MODERN
1. Latar belakang Munculnya Renaissance
Runtuhnya kebudayaan Abad Pertengahan disusul oleh periode pertentangan pemisahan dan perubahan-perubahan mendalam dalam bidang politik, ekonomi, dan agama. Periode Renaissance, Reformasi dan Rasionalisasi, merupakan peralihan ke arah dan juga permulaan zaman modern. Tiga aliran inilah yang memberikan wajah baru pada kebudayaan Eropa Barat, yang lain dari kebudayaan Abad Pertengahan. Perubahan ini merupakan proses selama beberapa abad dan sangat lambat, sehingga para ahli sejarah masih belum sependapat, dimana akan menempatkan batas antara berbagai periode itu.
Dalam abad XIX pemisahan antara abad pertengahan dan zaman baru masih sangat jelas dan tajam. Renaissance, reformasi, jatuhnya konstantinivel, penemuan –penemuan geografis, penemuan seni cetak buku semua terjadi dalam pertengahan kedua abad XV dan dasawarsa pertama abad XVI. Tetapi, dengan dilontarkannya masalah pengertian “Renaissance” oleh sementara orang untuk dikembalikan jauh ke masa Abad Pertengahan, bahkan sampai masa Karel Agung , maka masalah batas-batas orang yang tak senang membicarakan Abad pertengahan dan Zaman Modern, tetapi lebih senang berbicara tentang kebudayaan Abad Pertengahan dan kebudayaan Modern.
Kebudayaan modern lebih bersifat sekuler daripada kebudayaan Abad Pertengahan. Sebagai kekuasaan pemerintah yang menguasai kebudayaan, Negara lebih menggantikan kedudukan gereja. Kekuasaan gereja ini lambat laun menjadi lemah, sedang dilain pihak Negara kebangsaan lebih meningkatkan kekuasaannya.
Renaissance dianggap sebagai masa peralihan dari abad pertengahan ke Zaman Modern dan dengan demikian ia memiliki unsure-unsur abad pertengahan dan modern, unsur-unsur keagamaan dan profane, otoriter dan individualistis. Bukan pengertian yang mendadak disegala bidang, atau pembaharuan yang tiba-tiba, melainkan suatu peralihan yang berangsur-angsur. Tetapi ini semua tak berarti pengingkaran, bahwa Renaissance umumnya dianggap sebagai suatu titik peralihan di dalam sejarah kebudayaan barat.
Lambat laun nilai-nilai Kristiani Abad Pertengahan mulai kehilangan arti. Ide-ide tradisional Abad Pertengahan tidak lagi member kepuasan. Kepercayan kepada Tuhan tidak lagi member arah kepada pandangan hidup manusia.
Batas yang jelas mengenai kapan dimulainya penghabisan Abad Pertengahan sulit ditentukan. Yang dapat ditentukan ialah bahwa abad pertengahan itu telah selesai tatkala datangnya Zaman Renaissance, abad ke 15 dan ke 16. Abad pertengahan adalah abad ketika alam pikiran dikungkung oleh Gereja. Dalam keadaan seperti itu kebebasan pemikiran amat terbatas, perkembangan sains sulit terjadi, juga perkembangan filsafat, bahkan dikatakan bahwa manusia tidak mampu menemukan dirinya sendirinya. Oleh karena itu, orang mulai mencari alternatif, didalam perenungan mencari alternatif itu orang teringat pada suatu zaman ketika peradaban begitu bebas, pemikiran tidak dikungkung, sains maju, yaitu zaman dan peradaban Yunani kuno. Usaha ini sebenarnya telah dimulai didalam karya orang-orang Italia di dalam kesusastraan
2. Renaissance
Istilah ini berasal dari bahasa Perancis yang berarti kebangkitan kembali. Dalam bahasa Latin, re+nasci berarti lahir kembali. Istilah ini biasanya digunakan oleh sejarawan untuk menunjuk berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya yang terjadi di Eropa, dan lebih khusus lagi di Italia, sepanjang abad ke 15 dan ke 16. Istilah ini mula-mula digunakan oleh seorang sejarahwan terkenal, Michelet, dan dikembangkan oleh J. Burckhardt untuk konsep sejarah yang menunjuk kepada periode yang bersifat individualisme, kebangkitan kebudayaan antik, penemuan dunia dan manusia, sebagai periode yang dilawankan dengan periode Abad Pertengahan. Karya filsafat pada abad ini sering disebut filsafat renaissance. Tokoh pertama Filsafat Modern adalah Descartes, dan dia menyimpulkan bahwa dasar filsafat haruslah akal, bukan perasaan, bukan iman,bukan ayat suci, bukan yang lainnya.
Menurut Jules Michelet, sejarawan Perancis terkenal, Renaissance ialah periode penemuan manusia dan dunia dan bukan sekedar sebagai kebangkitan kembali yang merupakan permulaan kebangkitan modern. Bila dikaitkan dengan keadaan , Renaissance adalah masa antara zaman pertengahan dan zaman modern yang dapat dipandang sebagai masa peralihan, yang ditandai oleh terjadinya sejumlah kekacuan dalam bidang pemikiran. Dialah yang mula-mula menyatakan bahwa Renaissance lebih dari sekedar kebangkitan peradaban yang merupakan permulaan kebangkitan dunia modern. Jacob Burckhardt yang menginterprestasikan Renaissance, yang merupakan kelahiran spirit modern dalam transformasi idea dan lembaga-lembaga. Dari berbagai pendapat tersebut , dapat diambil kesimpulan bahwa Renaissance merupakan periode perkembangan peradaban yang terletak diujung atau sesudah Abad Kegelapan sampai muncul Abad modern
3. Ciri-ciri Zaman Renaissance
Zaman Renaissance rupanya dianggap juga sebagai suatu babak penting dalam sejarah peradaban. Voltaire, orang yang membagi babak sejarah peradaban menjadi empat, menganggap Renaissance merupakan babak ketiga dari keempat babak itu. Pada abad ke19, Renaissance terutama dipandang sebagai masa yang penting dalam seni dan sastra.
Ciri utama Renaissance ialah:
a. Humanisme
b. Empirisme
c. Rasionalisme
a. Humanisme
Humanisme ialah pandangan bahwa manusia mampu mengatur dunia dan dirinya. Ini suatu pandangan yang tidak menyenangkan orang-orang yang beragama.
Humanisme, menurut Ali Syariati, berkaitan dengan eksistensi manusia, bagian dari aliran filsafat yang menyatakan bahwa tujuan pokok dari segala sesuatu adalah kesempurnaan manusia. Aliran ini memandang bahwa manusia adalah makhluk mulia yang semua kebutuhan pokok diperuntukkan untuk memperbaiki spesiesnya.
Teori humanisme barat dibangun atas asas yang sama dengan yang dimiliki mitologi yunani kuno bahwa antara langit dan bumi, alam dewa-dewa dan alam manusia, terdapat oertentangan dan pertarungan, sampai-sampai muncul kebencian antara keduanya. Para Dewa adalah kekuatan yang memusuhi manusia. Seluruh perbuatan dan kesadaranya ditegakkan atas kekuasaannya yang lazim terhadap manusia yang dibelenggu oleh kelemahan dan kebodohannya. Hal itu dilakukan karena dewa-dewa takut menghadapi ancaman kesadaran, kebebasan, kemerdekaan, dan kepemimpinan manusia atas alam. Setiap manusia yang menempuh jalan ini dipandang telah melakukan dosa besar dan memberontak pada dewa-dewa. Karena pemberontakannya itu, manusia dihukum dengan berbagai siksaan yang amat kejam.
b. Empirisme
Sebagai tokohnya adalah Thomas Hobbes, John Locke, dan David Hume. Karena adanya kemajuan ilmu pengetahuan dapat dirasakan manfaatnya, pandangan orang terhadap filsafat mulai merosot. Hal ini terjadi karena filsafat dianggap tidak berguna lagi bagi kehidupan. Pada sisi lain, ilmu pengetahuan besar sekali manfaatnya bagi kehidupan. Kemudian beranggapan bahwa pengetahuan yang bermanfaat, hanya diperoleh lewat indra (empiri), dan empirilah satu-satunya sumber pengetahuan. Pemikiran tersebut lahir dengan nama empirisme.
Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri, dan mengecilkan peranan akal. Istilah empirisme diambil dari bahasa yunani empeiria yang berarti pengalaman. Sebagai suatu doktri empirisme adalah lawan dari rasionalisme.
1. Thomas Hobbes ( 1588-1679)
Ia seorang ahli fikir Inggris di Malmesbury. Pada usia 15 tahun ia pergi ke Oxford untuk belajar logika Skolastik dan fisika, yang ternyata gagal, karena ia tidak berminat sebab gurunya beraliran Aristotelian. Sumbangan yang besar sebagai ahli piker adalah suatu system materialistic yang besar, temasuk juga perikehidupan organis dan rohaniah. Dalam bidang kenegaraan ia mengemukakan teori kontrak social.
Dalam tulisannya, ia telah menyusun suatu system pemikiran yang berpangkaal pada dasar-dasar empiris, di samping itu juga menerima metode dalam ilmu alam yang matematis.
Pendapatnya adalah bahwa ilmu filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang sifatnya umum. Menurutnya filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan tentang akibat-akibat atau gejala-gejala yang diperoleh dari sebabnya. Sasaran filsafat adalah fakta, yaitu untuk mencari sebab-sebabnya. Segala yang ada ditentukan oleh sebab, sedangkan prosesnya sesuai dengan hokum ilmu pasti atau ilmu alam.
2. John Locke (1932-1704)
Ia dilahirkan di wrington, dekat Bristol, Inggris. Di smping sbagai seorang ahli hokum, ia juga menyukai fisafat dan teologi, mendalami ilmu kedokteran dan penelitian kimia. Dalam mencapai kebenaran, sampai seberapa jauh manusia memakai kemampuannya.
Dalam penelitiannya ia memakai istilah sensation dan reflection. Sensation adalah suatu yang dapat berhubungan dengan dunia luar, tetapi manusia tidak dapat mengerti dan meraihnya. Sementara itu, Reflection adalah pengenalan intuitif yang memberikan pengetahuan kepada manusia, yang sifatnya lebi baik daripada sensation. Tiap-tiap pengetahuan yang diperoleh manusia terdiri dari sensation dan replection.
3. David Hume ( 1711-1766 )
David hume berpendapat bahwa seluruh pengetahuan merupakan jumlah dari pengalaman-pengalaman. Dengan bukunya yang terkenal adalah An Enquiry Concerning Understanding dan ia merupakan tokoh empiris yang konsekuen.
Menurut Hume dalam budi kata tidak ada suatu ide yang tidak sesuai dengan impression. Apa saja yang merupakan pengetahuan itu hanya disebabkan oleh pengalaman.
c. Rasionalisme
Rasionalisme dipelopori oleh Rene Decratos ( 1596-1650) yang disebut sebagai bapak filsafat modern. Ia menyatakan bahwa ilmu pengetahuan harus satu, tanpa bandingannya, harus disusun oleh satu orang, sebagai bangunan yang berdiri sendiri menurut satu metode yang umum. Yang harus dipandang sebagai hal yang benar adalah apa yang jelas dan trpilah pilih.
Rene Decratos yang mendirikan aliran rasionalsme berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang dapat di percaya adalah akal. Decratos menginginkan cara yang baru dalam berfikir, maka diperlukan titik tolak pemikiran pasti yang dapat ditemukan dalam keragu-raguan.
4. Aufklaerung ( masa pencerahan )
Filsafat abad ke-18 di Jerman disebut Zaman Aufklarung atau zaman pencerahan yang di Inggris dikenal dengan Enlightenment,yaitu suatu zaman baru dimana seorang ahli pikir yang cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan antara rasionalisme dengan empirisme. Zaman ini muncul dimana manusia lahir dalam keadaan belum dewasa dalam pemikiran filsafatnya. Namun setelah Immanuel Kant mengadakan penyelidikan dan kritik terhadap peran pengetahuan akal barula manusia terasa bebas dari otoritas yang datang dari luar manusia demi kemajuan peradaban manusia. Pemberian nama ini juga dikarenakan pada zaman itu manusia mencari cahaya baru dalam rasionya. Immanuel Kant mendefenisikan zaman itu dengan mengatakan, “Dengan Aufklarung dimaksudkan bahwa manusia keluar dari keadaan tidak balig yang dengannya ia sendiri bersalah.” Apa sebabnya manusia itu sendiri yang bersalah? Karena manusia itu sendiri tidak menggunakan kemungkinan yang ada padanya, yaitu rasio.
Sebagai latar belakangnya,manusia melihat adanya kemajuan ilmu pengetahuan (ilmu pasti,biologi,filsafat dan sejarah) telah mencapai hasil yang menggembirakan . Disisi lain jalannya filsafat tersendat-sendat. Untuk itu diperlukan upaya agar filsafat dapat berkembang sejajar dengan ilmu pengetahuan alam. Isaac Newton ( 1642-1727) memberikan dasar-dasar berpikir dengan induksi, yaitu pemikiran yang bertitik tolak pada gejala-gejala dan mengembalikan kepada dasar-dasar yang sifatnya umum. Untuk itu dibutuhkan analisis.
Dengan demikian zaman pencerahan merupakan tahap baru dalam proses emansipasi manusia Barat yang sudah dimulai sejak Renaissance dan Reformasi. Para tokoh era Aufklarung ini juga merancang program-program khusus diantaranya adalah berjuang menentang dogma gereja dan takhayul populer. Senjatanya adalah fakta-fakta ilmu dan metode-metode rasional.
5. Aliran-aliran yang muncul dimasa pencerahan (Aufklaerung)
a. Kritisme
Aliran ini dimulai di Inggris, kemudian Prancis dan selanjutnya menyebar keseluruh Eropa,terutama di Jerman. Di Jerman pertentangan antara rasionalisme dan empirisme terus berlanjut. Masing-masing berebut otonomi. Kemudian timbul masalah,siapah sebenarnya dikatakan sumber pengetahuan? Apakah pengetahuan yang benar itu lewat rasio atau empiri? Kant mencoba menyelesaikan persoalan diatas. Pada awalnya Kant mengikuti rasionalisme, tetapi kemudian terpengaruh oleh empirisme (Hume). Walaupun demikian, Kant tidak begitu mudah menerimanya, karena ia mengetahui bahwa dalam empirisme terkandung skeptisme. Untuk itu tetap mengakui kebenaran ilmu dan dengan akal manusia akan dapat mencapai kebenaran.
Ciri-ciri kritisisme diantarnya adalah sebagai berikut:
• Menganggap bahwa objek pengenalan itu berpusat pada subjek dan bukan pada objek.
• Menegaskan keterbatasan kemampuan rasio manusia untuk mengetahui realitas atau
hakikat sesuatu; rasio hanyalah mampu menjangkau gejalanya atau fenomenya saja.
b. Deisme
Deisme adalah suatu aliran yang mengakui adanya yang menciptakan alam semesta ini. Akan tetapi setelah dunia diciptakan, Allah menyerahkan dunia kepada nasibnya sendiri. Sebab Ia telah memasukkan hukum-hukum dunia itu ke dalamnya. Segala sesuatu berjalan sesuai dengan hukum-hukumnya. Manusia dapat menunaikan tugasnya dalam berbakti kepada Allah dengan hidup sesuai dengan hukum-hukum akalnya. Maksud aliran ini adalah menaklukkan wahyu Ilahi beserta dengan kesaksian-kesaksiannya, yaitu buku-buku Alkitab, kepada kritik akal serta menjabarkan agama dari pengetahuan yang alamiah, bebas dari segala ajaran Gereja. Yang dipandang sebagai satu-satunya sumber dan patokan kebenaran adalah akal. Tokoh-tokoh yang mewakili aliran ini di antaranya adalah John Toland (1670-1722), yang menulis Christianity not mysterious (1696), dan Matteh Tindal (1656-1733), yang menulis Christianity as Old as Creation (1730).
C. KESIMPULAN
Di abad ke-14 – ke-15 aliran renaissance telah berkembang, namun pada masa renaisan masih banyak pebedan-perbedaan, terutama pada aliran rasionalisme dan empirisme yang sangat bertentangan,namun pada abad ke-18 dimulai suatu zaman baru yang memang telah berakar pada Renaissance (Masa yang juga disebut masa keraguan,dirinya dan jiwanya saja diragukan. Yang tidak di ragukan hanya dirinya yang ragu itu ,keraguan yang dimaksud disini adalah keraguan metafisik) dan mewujudkan buah pahit dari rasionalisme dan empirisme. Masa ini disebut dengan masa pencerahan atau Aufklarung yang menurut Immanuel Kant,di zaman ini manusia terlepas dari keadaan tidak balik yang disebabkan oleh kesalahan manusia itu sendir yang tidak memanfaatkan akalnya. Voltaire menyebut zaman pencerahan sebagai “zaman akal” dimana manusia merasa bebas,zaman perwalian pemikiran manusia dianggap sudah berakhir,mereka merdeka dari segala kuasa dari luar dirinya. Para tokoh era Aufklarung ini juga merancang program-program khusus diantaranya adalah berjuang menentang dogma gereja dan takhayul populer. Senjatanya adalah fakta-fakta ilmu dan metode-metode rasional.

3 komentar:

Makalah Filsafat Umum mengatakan...

mantap shere artikelnya agan.. salam kenal

afhie mengatakan...

salam kenal juga gan

Anonim mengatakan...

Bagus tapi agama harus jadi prioritas. Filsafat hanya seni dlm berfikir tp agama adalah kebenaran yg absolut. Succes buat penulis!

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger | Printable Coupons