MAKALAH
BALANCE SCORECARD
Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Manajemen
Lembaga Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Dr. Imam Machali, M.Pd
Disusun Oleh:
Sanapi NIM: 10470054
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kajian manajemen strategik, pengukuran hasil (performace)
memegang peran sangat penting, karena ini tidak saja berkaitan dengan penentuan keberhasilan akan tetapi menjadi
ukuran apakah strategi berhasil atau tidak.
Artinya hasil akan dijadikan ukuran apakah strategi berjalan baik atau
tidak; bila organisasi tidak dapat mencapai hasil maka diagnosa pertama
menunjukkan bahwa strategi tidak berjalan. Dalam ukuran yang dinilai
tradisionil, Whelen (2006) menunjukkan bahwa ROI (Return On Investment) mengandung
berbagai kelemahan. Kelemahan ini bagaimanapun memaksa praktisi memikirkan
ukuran yang lebih komprehensif yang dapat digunakan. Di Amerika, misalnya,
dikenal Malcolm Baldrige National Quality yang setiap tahunnya
memberikan penghargaan melalui acara
yang sangat bergengsi. Bagaimanapun program seperti di atas berpengaruh
terhadap kinerja bisnis. Sejumlah
korporasi turut serta dalam penilaian dan hasil penilaian tim independen
dengan menggunakan prinsip Malcom Baldrige National Quality dimana hasilnya
tiap tahun diumumkan. Sepanjang ini program ini diyakini telah meningkatkan daya saing bisnis Amerika di pasar global, karena program ini telah
meningkatkan kualitas bisnis. Adapun perspektif bisnis yang dikembangkan dalam
program ini adalah:
1.
Fokus
kepada hasil pelanggan,
2.
Hasil
barang dan jasa
3.
Hasil
keuangan dan pasar
4.
Hasil
sumberdaya manusia
5.
Ketertarikan
hasil organisasi, termasuk pengukuran kinerja perusahaan
6.
Tatakelola
dan tanggungjawab sosial.
Bagaimanapun bisnis ataupun organisasi semakin berkembang maju,
pesat sehingga ukuran ROI dinilai tidak saja tidak cukup akan tetapi dinilai tidak menggambarkan kondisi riil dan
masa depan yang memadai sebagai satu ukuran dari perusahaan yang
menggunakannya. Adapun Kaplan dan Norton (1992) mempublikasikan pertama kali
tentang Balance scorecard (BSC) yang
kemudian berkembang pesat, dan sampai akhir ini Kaplan telah melembagakan BSC
dan mempublikasikan hasil pengamatannya setiap tahun. Berbagai publikasi Kaplan
dan Norton yang berkaitan dengan BSC pada dasarnya dimaksudkan untuk membangun
pemahaman dan pengalaman penggunaan BSC. Publikasi ini seperti yang berkaitan
dengan Alligment (2004), Strategy (1996), Strategy Maps
(2006) dan sebagai bagian daripada Strategic Management
(2007). Adapun upaya yang dilakukan mereka semakin meyakinkan bahwa keberadaan
daripada BSC lebih daripada sekedar alat
ukur, namun menjadi bagian daripada
strategi.
Dengan melakukan penelusuran terhadap publikasi terkait, diharapkan
bahwa benang merah, praktek, dan kemajuan terkini terkait dengan BSC dapat
dijadikan pembelajaran baik secara akademis maupun praktis.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Balance
scorecard merupakan suatu sistem manajemen, pengukuran dan pengendalian secara
cepat, tepat dan komprehensif dapat memberikan pemahaman kepada manajer tentang
kinerja bisnis. Pengkuran kinerja tersebut memandang unit bisnis dari empat
perspektif, yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis dalam
perusahaan, serta proses pembelajaran dan pertumbuhan melalui mekanisme sebab
akibat, prespektif keuangan menjadi tolak ukur utama yang dijelaskan oleh tolak
ukur operasional pada tiga prespektif lainnya sebagai driver.
Seperti dijelaskan oleh Olve merujuk pada makna penghargaan pada
point-point yang dihasilkan dalam konteks sebagai kata kerja score berarti
memberi angka. Dengan makna yang lebih bebas, scorecard berarti sebuah
kesadaran (bersama) dimana segala sesuatu perlu diukur. Jadi ketika bicara
mengenai balanced scorecard, dimana terdapat tambahan kata balanced didepan
kata score, maksudnya adalah bahwa score tersebut harus mencerminkan
keseimbangan antara beberapa elemen penting dalam kinerja.
- Balanced Scorcard Pada Perguruan Tinggi
Prinsip Balanced Scorcard pertama-tama memang diciptakan untu kalangan
perusaan bisnis, dimana keuntungan merupakan tujua dan motivasi utama. Namun
dalam perkembanga nya dengan keberhasilan kenerhasilan pengggunaan Balance
Scorcard oleh ribuan usaha bisnis, organisasi niraba seperti pemerintah dan
organisasi sosial termasuk perguruan tinggi banyak menggunakannya pula. Lebih
lanjut penerapan dalam organisasi nirlaba memerluka penyesuaian, salah satunya
adalah pada tekanan utama pencapaian tujuan organisasi. Suatu usaha bisnis pada
umumnya didirika utuk memperoleh laba yang tinggi dan berkesinambungan bagi
para pendiri atau pemiliknya. Oleh karena itu, ukuran keberhasilan keuangan
tetap merupakan hal terpenting dari keempat perspektif ukuran Balance scorcard. Ketiga ukuran lain yaitu
perspektif pelanggan, proses internal serta pembelajaran dan pertumbuhan
bersifat menunjang ukuran kuangan.
Sedangkan dalam organisasi nirlaba, organisasi semacam itu umumnya
didirikan oleh para penddiri dengan suatu misi tertentu untuk melayani golongan
masyarakat tertentu dengan jasa pelayanan tertentu pula. Penddorong dan
motivasi utamanya adalah pencapaian kebutuhan pelanggan sebagai perwujudan misi
pediri dan bahkan jika perlu, rela mengalami defisit dalam segi keeuangan. Oleh
krena itu ukuran pertama ynag perlu dipertahankan ilah perspektif pelanggan
untuk mencapai misi organisasi. Dengan emikian, ukuran dalam perspektif lain
yaitu keuangan., proses internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan bersifat
,enunnjang ukuran utaama. Berikut adalah model Balance Scorcard untuk prgaisasi
nirlaba:
2. Perspektif
Pelanggan Pendidikan
a.
Produk
dan Pelanggan
Apabilah
kita mengatakan produk pendidikan adalah ilmu pengetahuan, maka maka penggguna
produk adalah Peserta didik sebagai pelanggannya. Namun kalu kita mengatakan
produk pendidikan adalah lulusanya, maka pengguna produk pendidikannya adalah
masyarakat luas khususnya dunia industri, pemerintahan dan sebagainya adalah
sebagai pelanggannya.
b.
Ukuran
Perspektif Pelanggan
Inti
dari perspektif pelanggan ialah ukuuran seberapa jauh pelanggan puas atas
layanan pendidikan, sehingga mau meneruskan kesan kepuasan pada calon
pelanggan. Ada semcaam dalil yang menjelaskan bahwa nilai suatu produk adalah
fungsi atribut atau layanan (kegunan, mutu, harga, dan waktu), fungsi kesan dan
reputasi, serta fungsi hubungan pelanggan. Dibawah ini gambaran yang
memperlihatkan ilustrasinya:
B.
Konsep dan Aplikasi Balanced Scorecard
Robert S. Kaplan dan David Norton menjelaskan bahwa esensi penerapan BSC
bukanlah adanya pengendalian terhadap devisi, akan tetapi setiap devisi satu
korporasi sedemikian rupa akan berinisiasi, menentukan ukuran kinerja dan
mengkaitkannya dengan visi, misi dan strategi korporasi. Dalam hal ini
keunggulan BSC adalah teridentifikasinya
struktur ataupun kerangka yang ada di korporasi guna mencapai –
merealisasikan visi dan misi korporasi.
Hal ini mudah dipahami karena 4 perspektif: keuangan, pelanggan,
proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan yang oleh
Kaplan digambarkan sebagai perspektif yang berkaitan satu dengan lainnya.
Bahkan dirangkum dalam satu hubungan “cause and effect relationship”. Adapun
kaitan masing-masing perspektif dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Perspektif
pelanggan. Perspektif ini menunjukkan seperti apa perusahaan di mata pelanggan. Pelanggan mempunyai kemampuan teknis melihat korporasi dari
berbagai sisi: waktu, kualitas, kinerja dan jasa, dan biaya yang dikeluarkan
oleh pelanggan untuk memperoleh pelayanan. Dimensi kebutuhan pelanggan demikian
pada akhirnya akan menentukan bagaimana
perusahaan dilihat oleh pelanggan.
Semakin baik persepsi pelanggan, semakin baik pula nilai
korporasi dimata pelanggan.
2. Perspektif
keuangan. Pertanyaan yang harus dijawab korporasi di sini adalah bagaimana kita
dilihat oleh pemegang saham baik pada jangka pendek maupun jangka panjang. Korporasi bisa rugi pada waktu tertentu, akan
tetapi pemegang saham menyadari bahwa setelah itu korporasi akan
mendapat keuntungan, sehingga dividen akan diperoleh. Semakin baik
korporasi dimata pemegang saham, semakin aman korporasi memperoleh sumber modal.
3. Perspektif
proses bisnis internal. Ukuran ini menunjukkan
dalam proses produksi seperti apa
korporasi lebih baik. Orientasi kepada pelanggan memang mutlak, akan
tetapi permasalahan bagi manajemen adalah bagaimana caranya menyiapkan
kompetensi yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan
4. Perspektif
pembelajar dan pertumbuhan. Perspektif ini menunjukkan bagaimana korporasi
dapat bertahan dan kmampu berubah sesuai dengan tuntutan eksternal.
Robert
S. Kaplan dan David Norton juga menjelaskan bahwa banyaknya perusahaan yang
telah mempunyai sistem pengukuran kinerja yang menyertakan berbagai ukuran
financial dan non financial. Balanced scorecard lebih dari sekedar sistem
pengukuran taktis atau operasional. Perusahaan yang inovatif menggunakan
Balanced scorecard sebagai sebuah sistem manajemen strategis, yang mana
Manajemen Strategis adalah pola pengelolaan strategi organisasi untuk jangka
pendek dan jangka panjang. Terdiri dari 4 langkah dalam menciptakan masa depan
organisasi:
1. Perencanaan
jangka panjang (long-range profit planning), terdiri dari:
-
Perumusan
strategi
-
Perencanaan
strategi
-
Penyusunan
program
2. Perencanaan
jangka pendek
3. Implementasi
4. Pemantauan
Sebagai
alat bantu manajemen dalam formulasi perencanaan strategik lembaga dan
sekaligus sebagai alat pengukur kinerja lembaga atau manajemen, BSC memiliki
beberapa keutamaan. Keutamaan tersebut direfleksikan melalui karakteristik dan
mekanisme dari BSC sebagaimana diuraikan berikut.
Pertama, BSC merupakan instrumen penjabaran perencanaan strategik dan sekaligus
instrumen pengukuran kinerja manajemen lembaga yang bersifat multi dimensional.
BSC melihat tata kelola lembaga dan sekaligus sebagai instrumen pengukuran
kinerja manajemen/ lembaga tidak hanya dari dimensi finansial sebagaimana
pendekatan tradisional melainkan juga dari sisi nonfinansial secara
berkeseim-bangan (balanced). Jadi di samping memberikan
indikatorindikator kinerja finansial seperti yang lazim digunakan dalam
lembaga-lembaga berorientasi laba, BSC juga memberikan indikator-indikator
kinerja penting lainnya dari lembaga seperti kepuasan stakehoder/pelanggan,
kualitas layanan, efisiensi dan efektifitas dalam proses menghasilkan produk/
layanan, penguasaan skill personel, dan kapasitas sarana dan prasarana.
Pengukuran kinerja manajemen tidak hanya terbatas pada area-area yang tampak
dan mudah diukur (hard measurement) seperti keuangan, tetapi juga pada
area-area yang tidak tampak (soft measurement) seperti kepuasan
stakeholder dan pertumbuhan dan pembelajaran lembaga dalam rangka meningkatkan
kapasitasnya.
Kedua, BSC memfasilitasi pengimplementasian visi, misi, dan
tujuan-tujuan strategik lembaga. Indikator-indikator kinerja yang dipakai
dalam BSC diidentifikasi serta diseleksi dan diturunkan secara cermat dan
rasional dari visi, misi, dan strategi lembaga. BSC mendorong dan memaksa
manajemen untuk menjabarkan visi, misi,ke dalam tujuan-tujuan strategik (strategic
objectives) secara spesifik dan kongkrit. Selanjutnya berdasarkan atas
tujuan-tujuan strategik tersebut ditetapkan ukuran-ukuran indikator-indikator
keberhasilannya (strategic outcome measures). Untuk setiap indikator
keberhasilan tersebut dirumuskan pemicu kinerja (performance drivers),
yang merupakan key succes factors yang sangat menentukan keberhasilan
strategik. Tujuan-tujuan strategik beserta penjabarannya ke dalam
indikator-indikatornya tersebut dirumuskan untuk setiap perspektif dari
keempat perspektif kiner-ja lembaga yang digunakan dalam BSC, yaitu perspektif
keuangan, perspektif stakeholder, perspektif proses internal, dan perspektif
belajar dan pertumbuhan.
Ketiga, BSC bersifat operasional kongkrit. Visi, misi, dan tujuan-tujuan
stategik cenderung abstrak, umum, dan kabur. BSC merupakan instrumen yang
mengoperasionalisasikan visi, misi, dan strategi, menjadi sesuatu yang spesifik
dan kongkrit, mudah dipahami, dan pada gilirannya bisa dilaksanakan dalam
bentuk kegiatan operasional sehari-hari. Visi, misi, dan strategi berada di
alam ide, sementara BSC yang diturunkan dari visi dan misi berada di alam empirik.
Oleh karena itu, BSC bisa berfungsi untuk mengkomunikasikan misi dan strategi
ke level bawah dalam lembaga serta untuk meng-align lembaga dengan
strateginya. BSC berfungsi menterjemahkan visi, misi, dan strategi yang abstrak,
umum, dan kabur menjadi aksi-aksi yang kongkrit, sistematis dan terukur. BSC
menggunakan kerangka hubungan sebab-akibat.
Tujuan-tujuan
strategik lembaga dan tindakan-tindakan, serta ukuran-ukuran pencapaiannya di
dalam BSC dipilih secara logis agar lembaga berjalan terfokus pada strateginya.
Oleh karena itu harus bisa ditunjukkan secara jelas hubungan sebab akibat
antara komponen-komponen perencanaan strategik yaitu hubungan di antara visi,
misi, tujuan strategik, indikator-indikator kinerja dan pencapaian maupun
hubungan antar perspektif dari keempat perspektif dalam BSC.
C.
Keunggulan dan Kelemahan Balanced Scorecard
Dalam perkembangannya BSC telah banyak membantu perusahaan untuk
sukses mencapai tujuannya. BSC memiliki beberapa keunggulan yang tidak dimiliki
sistem strategi manajemen tradisional. Strategi manajemen tradisional hanya
mengukur kinerja organisasi dari sisi keuangan saja dan lebih menitik beratkan
pengukuran pada hal-hal yang bersifat tangible, namun perkembangan bisnis
menuntut untuk mengubah pandangan bahwa hal-hal intangible juga berperan dalam
kemajuan organisasi. BSC menjawab kebutuhan tersebut melalui sistem manajemen
strategi kontemporer, yang terdiri dari empat perspektif yaitu: keuangan,
pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan.
Keunggulan pendekatan BSC dalam sistem perencanaan strategis
menurut Mulyadi adalah mampu menghasilkan rencana strategis, yang memiliki
karakter yaitu: Komprehensif, Koheren, Seimbang, dan Terukur.
Sistem
manajemen strategik dalam manajemen tradisional
|
Sistem
manajemen strategik dalam manajemen kontemporer
|
Hanya
berfokus pada perspektif keuangan. Sistem perencanaan yang mengandalkan pada anggaran
tahunan Sistem perencanaan menyeluruh yang tidak koheren.
Perencanaan
jangka panjang yang tidak bersistem.
|
Komprehensif: Memperluas perspektif sebelumnya yang terbatas hanya pada
perspektif keuangan, menjadi tiga perspektif yaitu, costumer, proses
bisnis internal, serta pertumbuhan dan pembelajaran.
Koheren: Membangun
hubungan sebab akibat diantara berbagai sasaran strategis yang dihasilkan
dalam perencanaan strategis.
Terukur: Semua
sasaran strategis ditentukan ukurannya baik untuk sasaran strategis
perspektif keuangan maupun perspektif non keuangan.
Seimbang: Keseimbangan
sasaran strategis yang dihasilkan oleh sistem perencanaan strategis penting
untuk menghasilkan kinerja keuangan jangka panjang.
|
Balanced Scorecard merupakan perkembangan baru dalam dalam suatu
manajemen perusahaan yaitu sebagai sarana pengukuran kinerja yang telah
dicapai, dan harus kita sadari bahwa masih banyak permasalahan yang belum dapat
dipecahkan dengan Balanced Scorecard, misalnya :
1. Balanced
Scorecard belum dapat menetapkan secara tepat sistem kompensasi yang biasanya
merupakan tindak lanjut dari hasil penilaian kinerja.
2. Bentuk
organisasi yang cocok untuk perkembangan proses dalam organisasi. Empat
perspektif dalam Balanced Scorecard merupakan indikator yang saling berpengaruh
(hubungan sebab akibat), sehingga diperlukan suatu wadah struktur yang dapat
memberikan umpan balik kepada semua ini.
5. Belum
adanya standart ukuran yang baku terhadap hasil penilaian kinerja perusahaan
dengan metode Balanced Scorecard
BAB III
PENUTUP
Pengembangan Balanced Scorecard kedalam setiap bentuk organisasi
baik profit dan non-profit memang memungkinkan dengan sedikit modifikasi pada
implementasi misi dan perspektif prioritas yang diinginkan seperti perspektif
finansial digantikan oleh perspektif pemenuhan kualitas pelanggan.
Balanced Scorecard adalah metoda yang cukup fleksibel diterapkan
perusahaan yang ingin tidak hanya sekedar mengukur aspek finansial semata namun
ingin mengetahui parameter pendukung kesuksesan finansial organisasi dimasa
datang, sehingga sustainabilitas organisasi dapat lebih terjamin.
Secara umum, penentuan indikator penerapan Balanced Scorecard pendidikan
akan tergantung pada:
1. Misi
spesifik masing-masing aktor ekonomi masyarakat, dan jalinan kuat antar misi tersebut
berbentuk visi dan nilai bersama (sustainable development dan cita-cita bersama).
2. Perlu
dilakukan berjenjang dan bertahap untuk mewujudkannya agar efektif.
3. Motivasi
mewujudkan visi dan tujuan agar sinergi dan optimalisasi misi dapat tercapai,
dengan cara insentif dari pihak regulator atau dorongan faktor eksternal untuk
mewujudkan visi tersebut.
Komitmen menyeluruh. Komitmen dimulai dari manajemen puncak.
Rumusan visi dan misi adalah mutlak bagi satu pendidikan, berkaitan dengan itu rumusan visi haruslah
diterjemahkan ke dalam bentuk 4 perspektif yang operasional pada satu pendidikan.
Dengan demikian, diterjemahkan pula sasaran dari masing-masing perspektif. Pendidikan
yang berbeda tentu mempunyai sasaran yang berbeda, walau harus dicatat
mekanismenya tetap. Karena Balanced
Scorecard bukan saja ukuran akan kinerja
akan tetapi adalah bagian dari strategi untuk mencapai tujuan.
Daftar Pustaka
Bambang, Sugeng. 2010. Jurnal Penelitian Pendidikan “Model
Penjabaran Perencanaan Strategik Lembaga Sekolah Berbasis Balanced Scorecard
(BSC)”. Malang: Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Malang, TH. 20, NO. 2, OKTOBER 2010
Dally, Dadang. 2010. Balanced Scorecard Suatu pendekatan dalam
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Rosda Karya
Indrajit, Eko dan Djokopranoto. 2006. Manajemen Perguruan Tinggi
Modern. Yogyakarta: Andi
Kaplan, R.S., dan Norton, David P. 2007. Using the Balanced Scorecard as a Strategic Management, Harvard
Business Review
Mulyadi dan
setiawan, Johny. 1999. Sistem Perencanaan Dan Pengendalian manajemen. Yogyakarta:
Aditya Media
Yuwono, Sony , dkk. 2004. Petunjuk Praktis Penyusunan Balanced
Sorecard. Jakarta: Gramedia Pustaka
3 komentar:
woke semoga bermanfaat kawan...
boleh minta versi pdfnya dalam bentuk jurnal untuk referensi saya? kirim ke iman_wichaksono@hotmail.com makasi banyak sebelumnya.
kalo buat referensi make yg ini juga bisa kan sobat?
Posting Komentar